12 Mei 1998: Mengenang 27 Tahun Gugurnya 4 Mahasiswa Trisakti Tanggal 12 Mei 1998 menjadi titik balik sejarah Indonesia. Di tengah gelombang reformasi, empat mahasiswa Universitas Trisakti tewas tertembak saat melakukan aksi damai menuntut perubahan. Untuk mengenang perjuangan dan pengorbanan mereka, Universitas Trisakti mendirikan Museum Tragedi 12 Mei 1998, yang kini genap 27 tahun berdiri sebagai pengingat kelamnya masa lalu dan pengingat pentingnya demokrasi.
Sejarah Singkat Tragedi Mahasiswa Trisakti 12 Mei 1998
Mahasiswa Trisakti Aksi Damai yang Berakhir Darah
Pada 12 Mei 1998, ribuan mahasiswa turun ke jalan untuk menuntut Presiden Soeharto mundur dari jabatannya. Di antara kampus yang aktif menyuarakan reformasi adalah Universitas Trisakti, Jakarta Barat.
Di penghujung aksi damai di dalam kampus, aparat keamanan mulai menembakkan peluru tajam. Empat mahasiswa tewas: Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie. Mereka gugur sebagai pahlawan reformasi.
Mahasiswa Trisakti Tumbangnya Rezim Orde Baru
Tragedi ini memicu gelombang besar demonstrasi di seluruh Indonesia, dan hanya dalam waktu seminggu, Presiden Soeharto menyatakan mundur dari jabatannya pada 21 Mei 1998. Sebuah era baru, Era Reformasi, pun dimulai.
Pendirian Museum Tragedi 12 Mei
Dibangun oleh Civitas Trisakti
Setahun setelah tragedi, pada 1999, Universitas Trisakti mendirikan Museum Tragedi 12 Mei 1998. Museum ini berada di lobi Gedung Dr. Sjarif Thajeb, Kampus A, Universitas Trisakti, Jakarta Barat.
Pembangunan museum ini digagas oleh civitas akademika Trisakti, termasuk dosen dari Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD). Museum ini tidak hanya menjadi tempat menyimpan benda-benda peninggalan korban, tetapi juga sarana edukasi generasi muda tentang makna demokrasi.
Isi dan Koleksi Museum
Barang Pribadi dan Dokumentasi
Di dalam museum, pengunjung akan menemukan:
- Pakaian terakhir yang dikenakan keempat mahasiswa saat ditembak
- Foto-foto dokumentasi tragedi
- Video dan film dokumenter tentang reformasi 1998
- Kaca berlubang peluru dari lokasi kejadian
- Coretan puisi, surat, dan benda pribadi korban
Diorama dan Lukisan Tragedi
Berbagai lukisan dan diorama juga disusun untuk menggambarkan suasana mencekam saat kejadian, sekaligus menyuarakan harapan akan masa depan demokrasi.
Ruang Audio Visual
Museum juga menyediakan ruang pemutaran film dokumenter berdurasi 15–20 menit yang berisi kesaksian dari saksi mata, aktivis, dan keluarga korban.
Peran Museum sebagai Sarana Edukasi Mahasiswa Trisakti
Kegiatan Peringatan Rutin
Setiap tahun, tepat tanggal 12 Mei, digelar acara peringatan Tragedi Trisakti. Mahasiswa, alumni, aktivis HAM, dan tokoh publik berkumpul di museum untuk mengenang, berdiskusi, dan berdoa.
Kunjungan Pelajar dan Masyarakat
Museum ini terbuka untuk umum dan sering dikunjungi pelajar, pramuka, serta komunitas sejarah. Mereka datang untuk belajar langsung dari sejarah dan memahami pentingnya perjuangan reformasi.
Mahasiswa Trisakti Informasi Praktis Museum Tragedi 12 Mei
Lokasi:
Gedung Dr. Sjarif Thajeb, Kampus A Universitas Trisakti, Grogol, Jakarta Barat
Jam Operasional:
Senin–Jumat, pukul 09.00–16.00 WIB
Biaya Masuk:
Gratis, terbuka untuk umum
Kontak:
(021) 566-3232 ext 8111 atau akun Instagram resmi @musmei_usakti
Mengingat Mahasiswa Trisakti untuk Tidak Mengulang
Museum Tragedi 12 Mei 1998 bukan hanya ruang pameran, tapi juga ruang renungan. Ia hadir sebagai pengingat bahwa demokrasi Indonesia dibayar mahal oleh darah mahasiswa. Sudah 27 tahun berlalu, namun semangat mereka tetap hidup dalam semangat kritis dan partisipatif anak bangsa.